Sunday, November 1, 2015

[Irish Series] An Bronntanas (2014)


An Bronntanas (2014)
The Gift


TV Series | 35 Min | Crime, Drama, Thriller




Maybe contain spoiler!! Read at your own risk if you don't watch the series yet.

Saya yang penyuka series non US, tentu saja tak mau melewatkan series satu ini yang hanya lima episode dengan durasi 35 menit setiap episodenya. Pas sekali untuk saya yang memang kurang suka dengan durasi yang lama. Apalagi dengan serial ini mengusung genre drama, crime thriller, sehingga saya semakin sangat ingin menontonnya. Apakah serial ini sesuai ekspektasi saya? Let's see!

 

JJ Magill (Dara Devaney), seorang insinyur yang bekerja di Kanada tiba-tiba mendapat telepon dari kampung halamannya di Irlandia bahwa ayahnya meninggal. Dia lalu kembali ke Connemara, kampung halamannya tersebut. Namun ternyata bisnis keluarganya diambang kebangkrutan dan JJ pun harus memikul tanggung jawab sebagai anak tertua untuk melanjutkan pabrik ikan milik keluarganya tersebut. Di suatu malam ketika hujan lebat diiringi badai, sebuah panggilan darurat untuk para kru kapal penyelamat An Bronntanas (The Gift) datang. JJ beserta adiknya Macdara (Pól Ó Gríofa) dan seorang sukarelawan bernama Jakub (Januscz Sheagall) menerjang lautan Irlandia untuk menyelamatkan sebuah kapal boat yang terombang-ambing di tengah laut. Ketika mereka menemukan kapal tersebut, ternyata ditemukan seorang wanita telah terbunuh dengan tangan masih terborgol. Yang tak kalah mengejutkan adalah ditemukan juga narkoba bernilai jutaan euro di dalam kapal tersebut. JJ, Macdara dan Jakub dihadapkan pada keputusan yang sulit, antara memberitahu polisi tentang narkoba tersebut atau menyembunyikannya dan kemudian menjualnya demi kepentingan mereka sendiri.

 

Bagaimana, cukup menarik bukan premisnya? Ya, walaupun mungkin anda sudah bisa menebak bagaimana kelanjutan dari sinopsisnya, tapi ceritanya tidaklah se-simple itu. An Bronntanas adalah serial thriller, crime sekaligus drama dengan script yang rapi dan dengan beberapa twist di dalamnya. Walau hanya dengan lima episode dan durasi yang bisa dikatakan singkat untuk ukuran sebuah serial, namun An Bronntanas mempunyai potensi besar untuk menjadi serial yang menarik dan menegangkan serta original. Namun sayangnya, beberapa hal malah terlihat tidak original, tidak khas Irlandia sama sekali dan lebih terkesan seperti serial atau film olahan Amrik. But it's not a big deal! Toh, An Bronntanas masih menyajikan banyak hal yang pastinya disukai oleh banyak penonton serial bergenre thriller dan crime seperti pembunuhan, misteri, obat terlarang, senjata, pengkhianatan, bahkan korupsi yang semuanya menyatu dalam serial ini. Bahkan ada terselip sedikit komedi di dalamnya (walau menurut saya tidak lucu sama sekali).

 

Dengan pace yang tidak terlalu cepat atau lambat, cukup pas untuk sajian dalam lima episode. Porsi tiap karakternya pun cukup pas, walau sebenarnya akan lebih baik lagi jika tiap karakter digali lebih dalam lagi, seperti karakter Jakub yang sukses mencuri perhatian. Karakternya yang misterius, menakutkan, mengancam namun juga berempati ini memang menjadi salah satu daya tarik dari serial ini. Dan Sheagall pun sukses melakukan tugasnya dengan sangat baik memerankan karakter Jakub tersebut yang berbicara tiga bahasa: Polandia, Inggris dan Irlandia. Lalu ada juga detektif Fiachra Greene (Owen McDonnell) yang mungkin menjadi karakter yang bisa disukai atau malah dibenci. Di satu sisi, dia bagaikan villain yang sering ditemui dalam sebuah film, namun di sisi lainnya, dia bagai sang malaikat penegak keadilan. Sayangnya, JJ sebagai karakter utama malah terkesan kurang kuat karakternya. Karakternya seolah-olah terombang-ambing tak jelas dan terlalu mudah terjebak dalam situasi berbahaya yang disebabkan oleh adiknya sendiri, Macdara. Dan Devaney yang mendapat porsi sebagai karakter utama tersebut, malah cenderung terkesan kurang kuat kharismanya. Padahal sebagai karakter utama, dia harusnya bisa membuat para penonton terkesima, namun sayangnya hal itu tidak terjadi. Entahlah, ini kesalahan pemilihan aktor atau memang sang aktor sendiri yang kurang bisa mengeksplore aktingnya dengan sangat baik memerankan karakter JJ tersebut.


Dibalik semua kekurangan yang ada, An Bronntanas masih sangat layak untuk ditonton. Hanya lima episode dengan durasi 35 menit setiap episodenya, tentu tidak berat; bahkan untuk anda yang super sibuk sekali pun. Silahkan mencicipi sajian serial crime thriller ala Irlandia ini. And thankfully, mata kita dimanjakan juga dengan settingnya yang indah di pedesaan Irlandia; pemandangan indah Connemara dengan shot-shot dramatis di laut dan juga panorama daratannya yang unik dan menawan.




Rating
Story: 7.7/10
Acting: 7.5/10
Music: 7.8/10
Cinematography: 7.6/10
Setting: 8/10






Details
  • Title: An Bronntanas
  • English Title: The Gift
  • Genre: Crime, Drama, Thriller
  • Language: Irish
  • Network: TG4 (Ireland)
  • First Aired: October 23, 2014
  • Running Time: 35 Minutes
  • Episode Order: 5
  • Country: Ireland 

 Starring
  • Dara Devaney as JJ Magill
  • John Finn as Seán Óg Greene
  • Owen McDonnell as Fiachra Greene
  • Charlotte Bradley as Carmel Magill
  • Dean Whatton as Tom Thumb
  • Januscz Sheagall as Jakub Soja
  • Michelle Beamish as Róisín
  • Pól Ó Gríofa as Macdara Magill





Thursday, October 8, 2015

[Korean Series] Ma Boy (2012)


Ma Boy (2012)




TV Series | 60 Min | Romance, Comedy, Teen drama




Maybe contain spoiler!! Read at your own risk if you don't watch the series yet.


Ketika saya sedang mencari serial korea yang lucu, saya mendapat rekomendasi dari review seseorang di sebuah forum bahwa serial berjudul Ma Boy ini lucu. Begitu saya tahu episodenya pun hanya tiga (hal yang jarang ditemui di serial korea), maka saya pun ingin mencoba serial ini. 


Serial ini bercerita tentang seorang gadis bernama Jang Geu-Rim (Kim So-Hyun) yang bercita-cita ingin menjadi penyanyi pop. Dia lalu masuk ke sekolah seni terbaik di Korea Selatan. Tanpa disangka, dia malah mendapat teman sekamar yang seorang artis baru populer bernama Irene (Sun Woong). Ternyata Irene adalah seorang lelaki yang terpaksa harus menyamar menjadi perempuan demi karirnya.


See? Dari sinopsisnya aja pun, sebenarnya kita udah tahu bagaimana nanti alur ceritanya. Apalagi teen series kayak gini, ceritanya jelas as like a bored pop corn movie. Yeah, berhubung memang serial ini segmennya buat remaja, jelas nggak bakalan ngena alur ceritanya buat saya pribadi. Dan saya benar-benar menyesal harus percaya begitu saja pada reviewer yang mengatakan bahwa serial ini lucu. Ough! Harusnya saya membaca dulu sinopsinya. Yeah, my mistake! Baru beberapa menit saja saya menonton serial ini, saya sudah bisa menebak bakal seperti apa arah ceritanya. Sepuluh menit kemudian, saya tidak tahan lagi dan memutuskan untuk menghentikan menontonnya karena adegan-adegannya yang lebay luar biasa. Jujur saja, saya sempat pending lama sekali hingga akhirnya memutuskan untuk menontonnya kembali beberapa bulan kemudian dan itu pun dengan kebosanan luar biasa. Adegannya yang super duper lebay membuat saya terpaksa men-skip-skip adegannya. Apalagi saya yakin 1000% bahwa endingnya pasti akan berakhir dengan happy ending. Ironisnya, saya tipikal orang yang harus menonton film hingga usai walaupun harus men-skip adegannya. Ough!

 

Jika saya menonton serial ini 10 tahun yang lalu ketika serial Korea belum se-booming sekarang ini, mungkin saya akan berpendapat lain soal serial ini. Mungkin juga saya akan mengatakan bahwa ceritanya memang lucu. Tapi dengan alur cerita seperti ini dibuat di tahun 2010 keatas, it's really something fail in asian series, especially Korean series. Kenapa? Karena alur cerita seperti ini nyaris ditemui hampir di semua serial asia (khususnya Korea) bergenre teen romance. Kalau pun Ma Boy sedikit meramunya agar berbeda tetapi tetap saja inti ceritanya sama dengan formula basi yang sering dipakai di genre yang sama. Cerita penyamaran cowok menjadi cewek memang tak sebanyak cerita penyamaran cewek menjadi cowok, tetapi tetap saja alur cerita seperti itu bukanlah hal yang baru. Ujung-ujungnya pun pasti bakalan ada kisah cinta antara si penyamar tersebut dengan orang yang dekat dengannya. Ya, seperti serial ini. Dari ceritanya saja dimana Geu-Rim sekamar dengan Irene saja, kan kita sudah bisa menebak bakalan ada something diantara mereka nantinya. Yeah, seperti serial Hanazakari no Kimitachi e namun dengan versi berbeda dimana disini si cowok-lah yang menyamar.


Selain itu, tak ketinggalan ditampilkan juga atribut lengkap khas serial remaja seperti gang cewek narsis sok kece yang suka membully (dan tentu saja Geu-Rim jadi korban utamanya), trio cowok cupu yang menjadi fans Irene. Ada juga sang idola para cewek, Tae Joon (Min Hoo) yang ditaksir Geu-Rim tapi ternyata malah naksir Irene. Untungnya karakter sang guru tidak dibuat konyol seperti yang sering kita lihat di shitnetron televisi swasta kita. Well, paket komplit segala makhluk aneh ada di sini.


Dan soal akting... saya cuma bisa bilang hahaha.. yah, just so so, nothing's special. Karakter seperti Geu-Rim ini nyaris bakalan bisa ditemui di semua genre sejenis. Kim So Hyun yang kala bermain di serial ini usianya kalau tidak salah masih 13 tahun, bisa dibilang lumayanlah berperan sebagai Geu-Rim. Sun Woong sendiri terlihat agak kaku aktingnya. Saya, sih nggak pernah melihat aktingnya selain disini tapi sepertinya dia harus lebih banyak lagi berlatih. Tapi salut emang dengan wajahnya yang cantik banget itu, sampai saya sendiri mengakui kalau saya pun tertipu awalnya mengira karakter Irene itu adalah cewek beneran.


Dan akhirnya saya merasa menyesal harus mengikuti rekomendasi seseorang tersebut untuk menonton serial ini. Sumpah, saya nggak tau dimana lucunya serial ini. Asli, saya nggak ketawa sedikit pun menontonnya. Yang ada malah mesem terus, nggak tahan liat adegan-adegannya yang slapstick dan lebay abis. Para penikmat serial korea mungkin akan ngamuk-ngamuk membaca review saya ini dan mungkin mengatakan bahwa I have no sense of humor, tapi itulah yang memang saya rasakan ketika menonton serial ini. Menonton serial ini tak ubahnya seperti sedang menonton shitnetron di televisi swasta kita. Just waste my time watching this!



Rating:
Story: 2.5/10
Acting: 5.7/10
Music: 6/10







Judul lain ; Ma-Bo-i Genre : Romance, Komedi Episode : 3 Produksi : Tooniverse, 16 Agt - 30 Agt 2012 Tayang : Kamis, pk 21:00 KT Sutradara : Lee Jung Min Screenwriter : Moon Sun Hee Main Cast Kim So Hyun as Geu Rim Sun Woong as Hyun Woo/Irene Kang Hyeon Joong as Lee Eok Man Kim Ha Yeon as Ji Soo Min Hoo as Tae Joon Park Hee Gon as Hoon nam Supporting Cast Kim Hye Ji as Hye Ri Kim Hye Ji as Tackle member 1 Lee Ji Soo as Tackle member 2 Seo Joon Yeol as Han Gyeol Nam Tae Boo as Tackle member 1 Kim Jae Geun as Tackle member 2 Lee Jong Yeol as Jeong Jik Hae Kwon Na Yeong as Choi Sa Rang Lee Jong Min as Reporter Kang

Kadorama-recaps.blogspot.com http://kadorama-recaps.blogspot.co.id/2012/09/ma-boy-episode-1.html

Details

  • Title: 마보이 / Ma Boy
  • Revised romanization: Maboyi
  • Hangul: 마보이 
  • Genre: Romance, comedy, youth. teen drama
  • Episodes: 3
  • Director: Lee Jung Min
  • Writer: Moon Sun-Hee
  • Broadcast network: Tooniverse
  • Broadcast period: 2012-Aug-16 to 2012-Aug-30
  • Air time: Thursday 21:00
  • Language: Korean
  • Country: South Korea

Cast

  • Sun Woong as Irene / Hyun Woo
  • Kim So Hyun as Jang Geu Rim
  • Min Hoo as Tae-Joon
  • Kim Ha-Yeon as Ji-Soo
  • Kang Hyun-Joong as Lee Eok-Man
  • Park Hee-Gon as Hoon-Nam
  • Kim Hye-Ji as Hye-Ri
  • Lee Jong-Min as Reporter




Judul lain ; Ma-Bo-i Genre : Romance, Komedi Episode : 3 Produksi : Tooniverse, 16 Agt - 30 Agt 2012 Tayang : Kamis, pk 21:00 KT Sutradara : Lee Jung Min Screenwriter : Moon Sun Hee Main Cast Kim So Hyun as Geu Rim Sun Woong as Hyun Woo/Irene Kang Hyeon Joong as Lee Eok Man Kim Ha Yeon as Ji Soo Min Hoo as Tae Joon Park Hee Gon as Hoon nam Supporting Cast Kim Hye Ji as Hye Ri Kim Hye Ji as Tackle member 1 Lee Ji Soo as Tackle member 2 Seo Joon Yeol as Han Gyeol Nam Tae Boo as Tackle member 1 Kim Jae Geun as Tackle member 2 Lee Jong Yeol as Jeong Jik Hae Kwon Na Yeong as Choi Sa Rang Lee Jong Min as Reporter Kang

Kadorama-recaps.blogspot.com http://kadorama-recaps.blogspot.co.id/2012/09/ma-boy-episode-1.html

Sunday, September 27, 2015

[French Series] P'tit Quinquin (2014)


P'tit Quinquin (2014) 
Li'l Quinquin
 


TV Mini-Series | 206 min | Comedy, Crime, Mystery




Maybe contain spoiler!! Read at your own risk if you don't watch the series yet.

Karena serial ini hanya empat episode, makanya saya penasaran ingin menontonnya. Apalagi dengan genre komedi, crime dan misteri semakin membuat saya penasaran ingin menontonnya. Seperti apa cerita serial dari Prancis ini? Berikut reviewnya.

 

Kapten Van der Wayden (Bernard Pruvost) yang kikuk dan suka menggumam sendiri, bersama dengan Letnan Carpentier (Philippe Jore) ditugaskan untuk menyelidiki sebuah kasus pembunuhan di sebuah pinggiran kota kecil di utara Perancis. Tubuh korban pembunuhan tersebut dimasukkan ke dalam tubuh sapi. Selama investigasi berlangsung, Wayden kerap kali harus berhadapan dengan keusilan seorang anak laki-laki bernama Quinquin (Alane Delhaye) beserta teman-temannya di tempat kejadian perkara yang selalu membuat Wayden kesal.


Hmm.. premis ceritanya menarik menurut saya. Terutama tentang tubuh korban pembunuhan yang dimasukkan ke dalam tubuh hewan tersebut. Dan saya berekspektasi cukup tinggi untuk serial ini, mengingat saya termasuk salah satu penyuka film dan serial dari Perancis. Namun ternyata, ekspektasi tinggallah ekspektasi. Semua harapan tinggi saya tersebut pupus begitu saja. Bagaimana tidak, pace-nya begitu lambat. Saking lambatnya, saya susah payah hanya untuk menghabiskan satu episode saja. Menonton serial ini benar-benar menguji kesabaran kita. Tapi saya berpikir, episode-episode selanjutnya pasti pace-nya tidak mungkin akan selambat ini, mengingat serial ini hanya empat episode dengan genre crime dan misteri yang otomatis (biasanya) pace-nya pasti cepat. Namun ternyata dugaan saya salah besar. Hingga episode terakhir, ternyata serial ini luar biasa lambat pace-nya. Saya bahkan sempat ketiduran di episode ketiga.


Dan dengan premisnya yang sebenarnya menarik tersebut, entah kenapa eksekusinya hanya seperti itu saja. Seandainya diolah lebih dalam lagi dengan pace yang cepat, mungkin serial ini akan sangat menarik dan berpotensi besar menjadi lebih bagus lagi. Sayang sekali saya tidak bisa menikmati serial ini. Lebih tepatnya gagal paham. Ya, seperti itulah yang saya rasakan. Menonton serial ini rasanya sia-sia belaka, hanya menghabiskan waktu saya saja. Ketika serial ini tamat pun, saya cuma bisa melongo sembari berujar, "cuma gini, doang?" Sumpah, saya benar-benar gagal paham kali ini!. This's really not my cup of tea! Entahlah! Mungkin memang otak saya yang belum sanggup mencerna maksud sang kreator yang sebenarnya. Ceritanya benar-benar absurd dan weird. Bahkan ada beberapa scene yang tidak penting sama sekali menurut saya, seperti scene sebuah keluarga yang sedang makan di restoran dan terjadi sebuah insiden. Entah apa maksud scene tersebut? Tapi, menurut beberapa kritikus film dan penikmat film, serial ini (katanya) bagus dan menghibur. Dan karena omongan mereka (para kritikus) pulalah, makanya saya ingin menonton serial ini. And it's like a trap for me! Oh, no!!


Namun, serial ini masih ada poin plus-plusnya, seperti setting dan pemandangannya yang indah dan menarik. Para pemainnya pun (walau tidak terkenal) punya potensi bagus berakting dengan baik. Karakter duo Wayden-Carpentier juga cukup menghibur dengan tingkah konyol yang kerap mereka lakukan. Apalagi melihat Wayden (Pruvost) yang penampilannya mirip sekali dengan Albert Einstein. Beberapa scene juga lucu, salah satunya scene ketika di gereja yang seharusnya berlangsung khidmat malah menciptakan suasana yang lucu dan sukses menimbulkan gelak tawa. Dan lagu yang berjudul 'Cause I Knew yang beberapa kali dinyanyikan dalam serial ini, cukup enak didengar. Namun, bagaimana pun saya menyesal telah menonton serial ini. Watching this series is really really waste a time! 






Rating
Story: 5.8/10
Acting: 7.3/10
Music: 6.8/10
Cinematography: 7.3/10





Details
  • Original Title: P'tit Quinquin
  • English Title: Li'l Quinquin
  • Genre: Comedy, Crime, Mystery
  • Created by: Bruno Dumont
  • Country: France
  • Release Date: 21 May 2014
  • Episodes: 4
  • Running Time: 206 minutes
  • Language: French
Starring
  • Bernard Pruvost as Van der Wayden
  • Philippe Jore as Carpentier
  • Alane Delhaye as P'tit Quinquin
  • Lucy Caron as Eve Terrier





Sunday, August 23, 2015

[Danish Series] Forbrydelsen Season 2 (2009)


Forbrydelsen (2009)
The Killing


TV Series | 57 Min | Crime, Drama, Mystery




Maybe contain spoiler!! Read at your own risk if you don't watch the series yet.

Setelah sukses berat dengan season 1, Forbrydelsen (The Killing) kembali dengan tayang dalam season kedua dengan hanya 10 episode saja. Masih dengan karakter utamanya, Sarah Lund, seorang detektif wanita yang keras kepala dengan insting yang tajam dalam memecahkan kasus kejahatan. Selain Lund, karakter yang kembali muncul adalah Lennart Brix, atasan Lund. Kali ini Lund mempunyai partner baru,  Ulrik Strange.



Karena insiden yang terjadi dengan partner sebelumnya, Sarah Lund (Sofie Gråbøl) pun dipindahtugaskan dan jabatannya diturunkan. Ulrik Strange (Mikael Birkkjær), seorang detektif dari Copenhagen mendatangi Lund atas rekomendasi boss Lund sebelumnya, Lennart Brix (Morten Suurballe) dan meminta bantuan Lund untuk memecahkan kasus pembunuhan yang menimpa seorang pengacara, Anne Dragsholm yang merupakan penasehat hukum militer. Sementara itu, Thomas Buch (Nicolas Bro), menteri kehakiman yang baru diangkat, mencurigai bahwa menteri yang sebelumnya terlibat dalam kasus pembantaian warga sipil Afghanistan oleh tentara Denmark. Selain itu, ada juga Jens Peter Raben (Ken Vedsegaard), seorang perwira militer yang ditangguhkan dan kini berada di rumah sakit jiwa karena masalah mental dan kejiwaannya yang terganggu. Apakah kasus dan insiden yang terjadi berhubungan dengan pembunuhan Dragsholm? Benarkah Raben mempunyai link ke pembunuhnya? Dan mampukah Lund memecahkan kasus pembunuhan kali ini? 



Sebenarnya saya tidak berekspektasi tinggi untuk cerita di season kedua ini karena memang biasanya kualitas akan berkurang jika season pertama begitu bagus. Bahkan awalnya saya hanya iseng saja menontonnya, tapi ternyata tidak begitu buruk walaupun secara kualitas memang season 1 masih jauh lebih bagus dan membuat penasaran tingkat tinggi. Sedangkan untuk season kedua ini, saya merasakan tingkat penasaran yang luar biasa baru muncul di episode ketiga. Apalagi dengan beberapa adegannya yang terkesan redundant, membuat saya sedikit kurang menikmati cerita di season kedua ini, terutama untuk cerita tentang politiknya dan karakter-karakternya. Seperti diketahui, bahwa di season sebelumnya, terdapat karakter sang politikus dan kedua asistennya yang setia, maka hal tersebut pun akan ditemui juga di season kedua ini. Kendati karakter Thomas Buch cukup mampu mencuri perhatian, namun kharismanya masih kalah dari Troels Hartman. Apalagi Buch dan Lund hanya sekali bertemu secara langsung dan itu pun tidak terlalu berhubungan dengan investigasi kasus yang sedang terjadi. Jujur saja, saya paling tidak suka ketika scene yang berhubungan dengan politik karena banyaknya hal yang mirip dengan season pertama. Sayang sekali! Seandainya saja diberikan variasi yang berbeda, pasti akan membuat serial ini semakin menarik.


Namun, dengan pengurangan 10 episode dari season sebelumnya, cerita yang disajikan memang lebih padat berisi dan pacenya pun jauh lebih cepat. Selain itu, tidak ditampilkan juga fokus cerita dari sisi keluarga korban seperti season sebelumnya. Untuk urusan twist pun masih tetap bagus seperti season sebelumnya walaupun tiga episode terakhir mulai tercium aroma twistnya, namun tetap saja tidak serta merta akan gampang membuat kita menebak siapa pelaku sebenarnya. Kejelian kita sebagai penonton lagi-lagi diuji disini.


Karakter Lund kali ini mungkin terlihat sedikit lebih depresif dan mungkin terkesan menjengkelkan, namun hal tersebut wajar dan dimaklumi karena insiden yang terjadi sebelumnya. Tapi salah satu sifatnya yang tidak bisa saya toleransi adalah ketika perayaan pernikahan ibunya, dimana Lund tiba-tiba memutuskan untuk pergi karena kasus yang sedang ditanganinya. Memang, sih terkesan profesional, tapi apa salahnya, sih meluangkan waktu sejenak untuk sang bunda hingga pesta berakhir? Saya sedih melihat adegan ketika ibunya berpidato dan mengatakan memang begitulah sifat Lund dan sang ibu memakluminya. Selain sang ibu, partner baru Lund, Strange pun memaklumi kondisi Lund. Strange bisa menerima kondisi Lund apa adanya. Duet Lund-Strange pun jadi terlihat lebih menyenangkan ketimbang Lund-Jan Meyer karena sifat mereka yang saling bertolak belakang namun saling melengkapi. Dan karakter Strange ini memang menjadi salah satu karakter yang mampu menarik perhatian karena kemisteriusannya.


Memang, season kedua ini masih penuh dengan teka teki yang harus dipecahkan dan twist yang tak kalah keren dari season sebelumnya, namun saya pribadi masih lebih menyukai season pertama yang benar-benar membuat saya penasaran dan selalu ingin menonton kelanjutan episodenya terus. Dan saat ini saya sedang berpikir, apakah saya akan melanjutkan untuk menonton season ketiganya atau tidak.




Rating
Story: 8/10
Acting: 8.5/10
Music: 7.5/10
Cinematography: 7.3/10







Details
  • Original Title: Forbrydelsen
  • English Title: The Killing / The Crime
  • Genre: Crime, Drama, Mystery 
  • Created by: Søren Sveistrup
  • Country: Denmark, Norway, Sweden, Germany
  • Release Date: 27 - 29 November 2009
  • Episodes: 10 
  • Running Time: 57 minutes/episode
  • Language: Danish, Norwegian, Swedish
  • Original Channel: DR1
  • Composer: Frans Bak

Starring
  • Sofie Gråbøl as Detective Chief Inspector Sarah Lund
  • Morten Suurballe as Detective Chief Inspector Lennart Brix
  • Mikael Birkkjær as Detective Inspector Ulrik Strange
  • Nicolas Bro as Justice Minister Thomas Buch
  • Ken Vedsegaard as Staff Sergeant Jens Peter Raben





Friday, July 10, 2015

[French Series] Les Revenants Season 1 (2012 )


Les revenants (2012 )
The Returned 




TV Series | 52 Min | Drama, Fantasy, Thriller, Horror, Mystery



Maybe contain spoiler!! Read at your own risk if you don't watch the series yet. 

Setelah Forbrydelsen yang keren, saya terus mencari dan mencari tontonan series non-amrik yang bagus dan akhirnya menemukan series ini; Les revenants yang diterjemahkan menjadi The Returned dalam bahasa Inggris. Surprisingly, pengisi soundtracknya adalah salah satu band post-rock favorit saya; Mogwai. Malahan saya lebih dulu mendengarkan OST serial ini ketimbang menonton serialnya.


Les Revenants bercerita tentang beberapa orang yang telah mati di sebuah kota kecil yang tiba-tiba muncul kembali. Camille (Yara Pilartz); seorang gadis yang meninggal karena kecelakaan bus empat tahun lalu, Simon (Pierre Perrier); yang meninggal sepuluh tahun lalu di hari pernikahannya, Victor (Swann Nambotin); anak laki-laki yang dibunuh pencuri dan Serge (Guillaume Gouix); seorang pembunuh berantai. Mereka pun mencoba melanjutkan kehidupan mereka bersama orang-orang terdekat mereka yang masih sulit menerima kenyataan yang sebenarnya tentang hal-hal terjadi pada diri mereka. Selain itu fenomena-fenomena aneh kerap terjadi di kota kecil tersebut. Fenomena aneh apa yang sebenarnya terjadi? Apakah fenomena tersebut ada hubungannya dengan kehadiran kembali beberapa orang yang telah meninggal tersebut?


Jika anda menyangka ini adalah cerita tentang zombie atau walker, anda mungkin benar mungkin juga salah. Begitu pun jika anda mengira ini cerita tentang hantu atau sejenisnya. Tentang apa sebenarnya yang terjadi memang masih menjadi misteri. Sepertinya kita harus sabar menantikan jawabannya di season berikutnya dimana season 2 direncanakan akan tayang tahun ini. Namun memang benar adanya tema supernatural melekat erat dalam serial ini. Beberapa bagian terasa eerie dan creepy. Sangat disarankan anda menontonnya di malam hari di kamar sendirian dengan cahaya yang remang-remang untuk mendapatkan sensasi creepy-nya. Selain tema supernaturalnya, tema drama justru sangat kental dalam serial ini. Drama tentang keluarga tepatnya; hubungan anak perempuan dan ibunya, hubungan adik-kakak, atau hubungan suami-istri dan semuanya dipaparkan dengan cara yang cukup membuat depresi dan emosional.

 
 

Episode di awal memang tidak begitu mengesankan, namun seiring berjalannya waktu, tiap episode semakin menarik dan membuat penasaran. Sayangnya, untuk episode terakhir sedikit mengecewakan karena fenomena apa yang sebenarnya terjadi masih belum terkuak dan kita pun harus bersabar menantikan jawabannya nanti di season keduanya (semoga). Selain  itu pace-nya memang sedikit lambat dan mungkin kurang cocok untuk yang terbiasa dengan pace cepat. Setiap episodenya akan dipaparkan kisah tentang karakter yang berbeda beserta flash back yang terjadi. Yang paling creepy tentu saja kisah seorang bocah lelaki yang tiba-tiba muncul di tengah jalan yang menyebabkan kecelakaan bus yang menimpa Camille. Bocah tersebut sama sekali tidak berkata sepatah kata pun dan hadir begitu saja dalam kehidupan Julie (Céline Sallette), seorang perawat yang pernah menjadi korban pembunuh berantai tujuh tahun lalu. Karakter Victor, si bocah lelaki tersebut memang menjadi salah satu elemen penting dalam serial ini dan kehadirannya selalu di tunggu-tunggu di setiap episode.


Akting yang bagus, sinematografi yang indah, setting yang bagus, directing yang apik dan soundtrack yang keren dari Scottish band Mogwai benar-benar menjadi paduan komplit Les Revenants sebagai sajian serial yang wajib ditonton. Jujur, saya tidak mengenal satu pun para pemain dalam serial ini tapi saya langsung jatuh hati dengan mereka karena akting yang bagus dan sangat menghayati dalam memainkan peran mereka masing-masing. Jenna Thiam, Anne Consigny, Frédéric Pierrot, Clotilde Hesme adalah beberapa aktor utama lainnya dalam serial ini. Paling suka dengan si kecil Swann Nambotin yang begitu bagusnya memerankan karakter Victor. Karakter Victor pun menjadi karakter favorit sebagian penikmat serial ini. Saya sendiri menyukai karakter Julie (forget about her sexual orientation!). Sedangkan karakter yang paling saya benci sepertinya karakter Camille (entahlah kenapa saya nggak suka dengan karakter ini). Buat para penonton pria, akan dimanjakan dengan pemandangan yang menyegarkan mata dari para aktris mudanya yang cantik seperti Yara, Jenna atau Ana Girardot. Sedangkan penonton wanita harus sedikit kecewa karena hanya Pierre Perrier yang lumayan sedap dipandang mata.

 
 

So, kalau ingin mencoba sajian berbentuk supernatural dengan konsep resurrection ala french, wajib mencicipi Les Revenants. Nggak sabar rasanya menantikan season 2 tayang tahun ini (semoga nggak di cancel) dan semoga semua pertanyaan yang masih belum terjawab akan tuntas dibahas nanti di season 2.




Rating
Story: 8.7/10
Acting: 8.8/10
Music: 8.5/10
Cinematography: 8/10
Setting: 7.8.10




Details
  • Original Title: Les Revenants
  • English Title: The Returned
  • Genre: Drama, Fantasy, Thriller, Horror, Mystery
  • Created by: Fabrice Gobert
  • Country: France
  • Release Date: 26 November 2012
  • Episode: 8
  • Running Time: 50-58 minutes
  • Language: French
  • Original Channel: Canal+ (France) | SundanceTV (United States)
  • Opening theme: "Hungry Face" by Mogwai
  • Composer: Mogwai
Starring

  • Anne Consigny as Claire
  • Frédéric Pierrot as Jérôme
  • Clotilde Hesme as Adèle
  • Céline Sallette as Julie
  • Samir Guesmi as Thomas
  • Grégory Gadebois as Toni
  • Guillaume Gouix as Serge
  • Pierre Perrier as Simon
  • Jean-François Sivadier as Pierre
  • Yara Pilartz as Camille
  • Jenna Thiam as Léna
  • Swann Nambotin as Victor
  • Ana Girardot as Lucy Clarsen


Friday, June 12, 2015

[Danish Series] Forbrydelsen Season 1 (2007)


Forbrydelsen (2007)
The Killing


TV Series | 57 Min | Crime, Drama, Mystery




Maybe contain spoiler!! Read at your own risk if you don't watch the series yet.

Awalnya sebenarnya sedikit ragu untuk menonton series ini karena episodenya yang terlalu panjang buat saya; 20 episode dengan durasi lebih kurang 1 jam per episode. Awalnya saya beranggapan mungkin akan ada 2-3 kasus berbeda dalam 20 episode tersebut, tapi ternyata dugaan tersebut salah. Rentang 20 episode tersebut hanya diisi untuk memecahkan satu kasus pembunuhan saja. Wow.. cukup panjang menurut saya, but we'll see. Yang membuat saya tertarik untuk menonton series ini karena ini bukan US series melainkan Danish series dan itu sesuatu yang jarang bisa ditemui. Tentu saja penasaran seperti apa, sih series dari Denmark ini, apakah sebagus film-film yang juga berasal dari negara tersebut seperti Jagten, Festen, Kapringen misalnya? And you know what, series ini akhirnya diremake juga oleh US yang artinya memang series ini bagus dan berbobot. Okay, here is my review.


Detektif Sarah Lund (Sofie Gråbøl) yang akan pindah ke Swedia terpaksa harus menunda keberangkatannya karena adanya suatu kasus pembunuhan seorang gadis muda bernama Nanna Birk Larsen. Dibantu oleh rekannya, Jan Meyer (Søren Malling), mereka berdua mulai menyelidiki kasus pembunuhan sadis tersebut. Di lain pihak, Troels Hartman (Lars Mikkelsen) sedang berkampanye untuk menjadi walikota Copenhagen. Namun langkahnya tidak mudah karena terhalang keterkaitan antara dirinya dengan kasus pembunuhan yang terjadi. Dalam rentang waktu selama 20 hari, tersangka demi tersangka bermunculan, namun siapa sebenarnya pembunuh Nanna Birk Larsen? Benarkah kasus tersebut ada hubungannya dengan dunia politik?


Sedikit berat sebenarnya jika ingin mengkaji serial ini. Apalagi berhubungan dengan dunia politik. Tau sendiri, kan kalau sudah berhubungan dengan hal yang satu itu akan sulit dan rumit. Rentang waktu 20 episode memang terasa panjang dan melelahkan dalam mengkaji hanya satu pembunuhan saja. Maka, jangan heran jika pace-nya memang lambat dan mungkin akan sedikit membosankan untuk sebagian orang. Bagusnya, hal tersebut malah membuat setiap kejadian dibeberkan secara detail. Setiap episodenya akan selalu ditemukan bukti-bukti baru dan para tersangka yang nantinya akan menjurus kepada tersangka sebenarnya. Jika anda memperhatikan setiap adegannya dengan seksama, mungkin saja tebakan anda tentang siapa pelaku sebenarnya bisa jadi benar. Tapi sebaliknya mungkin anda akan salah besar dan tidak percaya jika 'dia' adalah si tersangka. Jujur, tebakan saya kebanyakan salah. Pernah saya benar menebak tapi script yang diramu begitu solidnya malah membuat saya ragu jika 'dia' adalah si tersangka dan akhirnya saya malah sama sekali tidak percaya jika tersangkanya adalah 'si anu' tersebut. Semoga anda tidak seperti saya, ya! Percayalah pada insting anda karena sesungguhnya tersangka sebenarnya sudah ditunjukkan dengan sangat jelas sejak dari awal, hanya saja anda perlu jeli.


Saya sempat sedikit takut jika ceritanya akan blunder di beberapa episode karena episodenya yang terlalu banyak ini, tapi untunglah hal tersebut tidak terjadi. Setiap episodenya disajikan dengan menarik dan membuat kita akan terus bertanya-tanya dan berpikir keras tentang kasus tersebut. Mau tidak mau malah kita sebagai penonton mungkin terpaksa untuk merasakan apa yang dirasakan oleh Lund dan rekan-rekannya. Bagaimana Lund sampai tidak memperdulikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya demi menuntaskan kasus tersebut. Satu hal yang sebenarnya sangat mengecewakan bagi saya sendiri, karena bagaimana pun kita tidak boleh mengacuhkan orang-orang terdekat kita seperti itu. Hubungan Lund dengan putranya, pacarnya, dan ibunya jadi berantakan. Sifatnya yang obsesif dan keras kepala memang sangat menjengkelkan banyak orang. Tentu saja yang paling merasakan penderitaan tersebut adalah rekannya Meyer yang harus berhadapan dengannya setiap saat. Karakter Meyer yang berlawanan dengan Lund, membuat kedua pasangan detektif ini jadi terlihat menarik dan unik, dimana di satu sisi mereka selalu tidak pernah sepaham namun di sisi lain mereka saling membantu. Sofie Gråbøl dan Søren Malling sukses mencuri perhatian dengan peran yang mereka bawakan. Terutama Grabol yang memang aktingnya luar biasa keren sebagai Sarah Lund. 


Selain Grabol dan Malling, yang juga mencuri perhatian dengan akting kerennya adalah Lars Mikkelsen dan Ann Eleonora Jørgensen. Karisma Mikkelsen terlihat luar biasa sebagai Troels Hartman. He's really cool! Karismanya sebagai seorang politikus benar-benar menghipnotis. Karakter Troels merupakan satu-satunya karakter yang paling sering dituduh sebagai pembunuh Nanna. Benarkah hal tersebut? Silahkan ditonton sendiri. Hubungan Troels dengan Lund merupakan salah satu hal yang juga menarik di sini. Beberapa penonton mungkin beranggapan bahwa mereka memiliki affair atau menginginkan adanya hubungan khusus antara keduanya, namun semua kembali ke anda sendiri sebagai penonton yang menginterpretasikannya. Lalu Jorgensen yang patut mendapat award karena akting briliantnya sebagai Pernille, ibu korban. Karakter Pernille benar-benar menjengkelkan sekali namun juga sekaligus membuat iba melihatnya. Wajar, sih jika di posisi seperti yang dialaminya. Salah satu adegan yang sangat menjengkelkan bagi saya adalah ketika dia mencoba untuk one night stand di sebuah hotel. Frustasi dan stress luar biasa yang dialaminya membuatnya jadi seperti kehilangan jati diri. Namun saya merasa Pernille terlalu egois dengan sikapnya tersebut. Kenapa dia tidak memikirkan kedua anaknya yang lain? Belum lagi sikapnya yang malah memusuhi Theis, suaminya sendiri. Akting Bjarne Henriksen sebagai Theis juga tak kalah bagusnya. Hanya dengan mimik dan gesture saja, Henriksen sudah berhasil membuktikan kemampuan aktingnya memang hebat. Jangan anggap remeh aktor lainnya seperti Nicolaj Kopernikus, Marie Askehave, Morten Suurballe, atau Michael Moritzen. Jujur, kebanyakan saya belum pernah melihat akting mereka di film/serial lain tapi sepertinya saya mulai jatuh cinta dengan para aktor dan aktris tersebut karena akting keren mereka.


Namun bukan hanya keempat pemain tersebut yang berakting bagus, namun semua pemain baik pemain utama maupun pemain pendukung bermain dengan baik. Didukung dengan script cerdas dan briliant, membuat Forbrydelsen memang pantas untuk ditonton. Menariknya, bukan hanya tentang penyelidikan polisi tentang kasus pembunuhan tersebut saja atau dunia politik yang kotor, tapi juga diperlihatkan bagaimana keluarga korban dan efek yang ditinggalkan pada mereka. Everything seems so realistic here. I think I have no other things that I have to say more. Just watch this series. It's  absolutely amazing in every aspects. It's recommended! Something you can't find in america's or british's series. I even don't want to watch the remake. 




Rating
Story: 8.5/10
Acting: 8.6/10
Music: 7.5/10
Cinematography: 7.3/10






Details
  • Original Title: Forbrydelsen
  • English Title: The Killing / The Crime
  • Genre: Crime, Drama, Mystery 
  • Created by:  Søren Sveistrup
  • Country: Denmark, Norway, Sweden, Germany
  • Release Date: 7 January 2007
  • Episodes: 20 
  • Running Time: 57  minutes/episode
  • Language: Danish, Norwegian, Swedish
  • Original Channel: DR1
  • Composer: Frans Bak
Starring
  • Sofie Gråbøl as Detective Chief Inspector Sarah Lund
    Søren Malling as Detective Inspector Jan Meyer
  • Lars Mikkelsen as Mayoral candidate Troels Hartmann
  • Marie Askehave as Hartman's political advisor and lover Rie Skovgaard
  • Bjarne Henriksen as Nanna's father, Theis Birk Larsen
  • Ann Eleonora Jørgensen as Nanna's mother, Pernille Birk Larsen
  • Nicolaj Kopernikus as Theis Birk Larsen's long-time employee Vagn Skærbæk